Tak
Perlu Kembali
Langit pagi ini
tersenyum menghiasi dunia. Aku membuka jendela, kunikmati semesta yang sedang
bernyanyi merdu di telinga, ku pejamkan mata merasakan kenikmatan Tuhan yang
tiada bandingnya. “Salsa!!”panggil Ibu memecah lamunanku. “Iya…sebentar
lagi!”teriakku. itulah kebiasaanku di pagi hari selalu menikmati alam
ciptaan-Nya^_^.
***
Sa…kamu tahu gak? Azid
hari ini tanding basket lho!” cerita Anita teman karibku di sekolah. Aku masih
duduk di bangku kelas 3 SMP. “Oh, ya? aku mau liat dong! Ikh..dia bikin greget
aja ya?” balasku kagum. “Ikh..kamu norak banget dech! Azid kan sering tanding,
lagian dia biasa aja dech. Gak ada spesialnya.” Jawab Anita tak suka. “kok,
kamu gitu sich Nit, kamu kan tau aku dari semenjak masuk SMP kagum banget sama
dia, mimpi aku itu kan disapa sama Azid suatu saat nanti”. Ucapku dengan nada
kecewa. “Iya, iya, maaf. Tapi itu gak mungkin Salsa, Azid itu sombong gakkan
pernah lirik kamu. Lagian kamu kan Cuma siswa berprestasi dalam bidang bahasa
inggris, gakkan ketemu dia sampai kapanpun dalam pertandingan apapun! Tuh, liat
Ana! Dia pasti deket banget sama Azid, dia kan anak Cheers.” Cerocos Anita tak berkoma. “Hhhhhh, ya udahlah aku cuma secret admirer-nya dia aja.”jawabku
akhirnya pesimis.
***
Ternyata, sekolah aku
menang atas SMPN 3, aku jadi punya ide untuk profil majalah bulan depan. “aku
coba usulin dech!” ucapku dalam hati.“Kak Desta, boleh usul sesuatu gak buat
bulan depan?”tanyaku pada Desta yang menjadi Pembina ekstrakulikuler jurnalistik. “boleh, usul apa?” jawabnya balik
Tanya. “ng, gini kan kemarin sekolah kita menang ngelawan SMPN 3, terus pemain
terbaik sekolah kita belum pernah jadi profil kan? Gimana kalau jadi profil
majalah kita bulan depan?” usulku yang sebenarnya deg-degan juga, hehehe. “boleh
juga, ide bagus. Atur-atur aja ya, Sa!”jawabnya menyuruh.
***
Akhirnya, Kak Desta
mengkabulkan ideku waktu hari lalu. Aku senang, tapi sayangnya aku harus
kehilangan job wawancara pemain
terbaik itu. Uhhh..menyebalkan! malahan Anita, aku memang bukan pewawancara
yang handal, tapi aku fotografer yang cukup dikatakan bisa untuk usia remaja.
So, aku cuman motret dia aja. Akh…bĂȘte! “tapi setidaknya kamu ketemu dia kan
Sa!” ucap Anita menghiburku. ***
***
Seminggu
setelah wawancara, karena usai wawancara Azid meminta nomor handphoneku. Aku dapat sms dari sang
pujaan hati(hehehe). “halo! Salsa, aku boleh minta fotoku yang udah kamu fotret
kemarin gak?” aku langsung balas dan berharap sms nya berlanjut dengan
pertanyaan sedang apa Salsa.(hiihihi) “boleh, besok di sekolah aku bawa”
send…delivered. Dugaanku salah setelah balasanku tak ada balasan lagi dari
Azid. Menyebalkan !
***
Ujian
Nasional di depan mata. Hanya 3 hari untuk mencapai kelulusan, itu butuh
perjuangan ekstra. Setelah itu akhirnya aku dinyatakan lulus, resmi lulus.
Alhamdu…lillah!
Setelah kelulusan aku memilih
sekolah kejuruan atau SMK. Aku mengambil jurusan pertanian. Aku sudah dua bulan
ini menjalani hari sebagai siswi SMK. Aku dan Anita memilih sekolah yang
berbeda, Anita lebih memilih SMA jurusan IPA, tapi kami sering bermain bersama.
Suatu malam aku dikagetkan dengan sms yang tak terduga sebelumnya dan kurasa
mustahil. “Hai, Salsa! Ini aku Azid masih ingat?bls.” dan sms itu membuatku
trauma dengan sms 1 tahun yang lalu. Tiba-tiba dia sms lagi. “Salsa, lagi
ngapain? Kok gak dibls?”. Aku tetap tidak akan membalasnya. 1 jam kemudian “Kutak mengerti cinta indahnya hanya diawal
kurasa…” suara derings hpku berbunyi. “telepon dari Azid” gumamku heran.
“Oh, God. Haruskah aku angkat?” ucapku kebingungan. Terpaksa akhirnya aku
angkat juga. “Ha..ha..ha..halo,ha-lo! Sapaku ke sebrang telepon gugup. “Salsa,
kenapa gak dibalas sms dari aku, besok ada acara gak?” Tanya AZid di seberang
telepon. Apa? Gak salah denger ini kuping, Azid ngajak jalan? Haruskah mendadak
seperti ini Tuhan, help me! “Salsa?halo!!”panggil Azid membuyarkan lamunanku.
“ech, iya gak ada. Aku free kok besok. Pulang jam 3-an. Emang ada perlu apa ya?
Pemotretan lagi?” jawabku ngasal. “hahahha! Lucu dech kamu! Ya gak lah. Aku
ngajak kamu jalan-jalan. Udah lama kan kita gak ketemu.” Ucapnya sambil tertawa
aneh. Apanya yang lucu? Aku bukan pelawak tahu! Menyebalkan! “oke besok jemput
aku di sekolah aja ya! Bye!” ucapku akhirnya dan langsung menutup telepon tanpa
member kesempatan Azid untuk menjawab. “oke, besok aku jemput.see uuu!” sms
dari Azid.
Ya..sutralah!
***
Langit
berwarna jingga hari ini, sepertinya malam ini akan cerah berbintang ditemani
bulan dan ini ngedate aku untuk
pertama kalinya dengan seorang cowok, cowok itu yang telah aku kagumi dari
dulu.hihihhii. “sore ini cerah ya?” ucap Azid membuka pembicaraan. Aduh,
sebenarnya deg-deg-an, sudah 1 tahun aku tak berbincang dengan Azid, lagian
emang dari dulu sama sekali belum pernah berbincang-bicang dengan Azid. Hehehe.
“eu,em, iya, ya! Indah banget, kayaknya boleh dong pulang agak larut malam,
sepertinya bintang sama bulan udah nunggu kita, hehehehe!”jawabku gugup, sama
sekali gugup.heuhh! arghhhh! “boleh, tapi kayaknya enaknya kemana ya?”Tanyanya
tersenyum manis banget. “kemana aja boleh,hehehe! Terserah kamu aja!”jawabku
masih tetap gugup. “ya udah aku bakalan ajak kamu ke tempat yang indah dan ini
tempat buat kita aja!”ajaknya masih manis. “ayo!”…
***
Satu
bulan ini aku sering diajak jalan sama Azid, dan di tempat yang Azid tunjukkan
itu kita sering berbincang-bincang, foto-foto, tentunya aku yang memoto,hehehe!
Ketika suatu hari dia ajak aku jalan lagi, dia mengucapkan sesuatu yang tak
pernah aku duga sebelumnya. “ Sa, aku suka sama kamu. Ucap Azid ragu. “terus,
aku harus gimana?” jawabku bodohnya. “ya, maksud aku, mau gak kamu jadi pacar
aku?”. Aku hanya terdiam bingung, akhirnya aku meminta Azid mengantarkanku
pulang, sepanjang jalan kita hanya diam. ***
Beberapa
hari setelah itu Azid menelpon dan meminta maaf kepadaku, aku sendiri memaafkan
dia dan menjawab pertanyaan kemarn yang ia lontarkan. “beneran,Sa?kamu mau jadi
pacarku?”Tanya Azid kagetnya. “Iya, aku mau dengan segala komitmen yang aku
buat dengan kamu.”jawabku gugup. Aku memutuskan pacaran dengan Azid karena why not? Kan dari dulu aku mengagumi
dia. ***
Aku
menceritakan semuanyan pada Anita. “waw, amazing!
Selamat ya! Akhirnya keinginan kamu tercapai juga. Hehehehe.”ucapnya senang.
Aku
menjalani hari dengan Azid sangat menyenangkan awalnya, tapi setelah 3 bulan
kita berkomitmen, ternyata Azid lost
contact setelah pertemuan kita minggu lalu. Aku sudah coba hubungi
teman-teman sekelas ataupun satu ekskul dan satu sekolah. 1 bulan ini aku tak
bertemu dan berhubungan lagi dengan yang namanya Azid Hakim. Aku sudah anggap
semunya ini selesai dia memutuskan untuk tidak ada komitmen lagi denganku, aku
anggap seperti itu.
***
Dua
tahun kemudian, aku bertemu dengan orang yang sudah lama tak aku lihat. Azid?
Sudahlah Salsa dia sudah bukan untukmu lagi, kini kamu sudah dengan Riki, tak
usah kau harus bertatap muka lagi dengan orang yang mencampakkanmu begitu saja
selama bertahun-tahun” ucapku pada diriku sendiri. “Salsa!’panggil Azid dari
kejauhan. Aku memilih untuk berlari dna tak menoleh sedikit pun. “Salsa!
Tunggu, aku ingin menjelaskan sesuatu” teriaknya juga berlari. Tanganku
ditahanya erat, aku masih tak ingin mengingat wajah yang dulu begitu aku puja.
“maafkan aku, Sa. Aku mohon maafkan aku, aku kembali untukmu karena ingin
menjelaskan sesuatu, kamu harus tahu hal ini.” Jelasnya memohon. “apa yang
ingin kamu jelaskan lagi? Sudah cukup meninggalkanku tanpa ada kabar, sudah
cukup membuatku menunggu untuk beberapa tahun, sudah cukup untukku merasakan
sakitnya ditinggalkan tanpa sebab, dan satu hal yang wajib kamu tahu kamu tak
perlu kembali buat aku karena itu sia-sia aku sudah mati rasa terhadapmu,
hiduplah dengan kehidupanmu tak perlu kau kembali menatapku, menemani hariku, dan
menyayangiku seperti dulu, tak perlu kembali!”ucapku sedikit membentak dengan
tersenggak-senggak isakan tangis. “tapi, aku… “ tidak ada kesempatan, jangan
pernah kembali untukku, terimakasih atas hari-hari yang pernah kita miliki,
membuatku bahagian sejenak, terimakasih.”potongku melepaskan tanganya dan
berlalu dengan air mata yang tak dapat kubendung lagi. Azid berdiri terdiam,
terkejut melihat, dan mendengar ucapanku. Aku terlalu sakit untuk melihatmu
lagi Azid!