Rabu, 19 Oktober 2016

Cerpen Karyaku

Tak Perlu Kembali
Langit pagi ini tersenyum menghiasi dunia. Aku membuka jendela, kunikmati semesta yang sedang bernyanyi merdu di telinga, ku pejamkan mata merasakan kenikmatan Tuhan yang tiada bandingnya. “Salsa!!”panggil Ibu memecah lamunanku. “Iya…sebentar lagi!”teriakku. itulah kebiasaanku di pagi hari selalu menikmati alam ciptaan-Nya^_^.
***
Sa…kamu tahu gak? Azid hari ini tanding basket lho!” cerita Anita teman karibku di sekolah. Aku masih duduk di bangku kelas 3 SMP. “Oh, ya? aku mau liat dong! Ikh..dia bikin greget aja ya?” balasku kagum. “Ikh..kamu norak banget dech! Azid kan sering tanding, lagian dia biasa aja dech. Gak ada spesialnya.” Jawab Anita tak suka. “kok, kamu gitu sich Nit, kamu kan tau aku dari semenjak masuk SMP kagum banget sama dia, mimpi aku itu kan disapa sama Azid suatu saat nanti”. Ucapku dengan nada kecewa. “Iya, iya, maaf. Tapi itu gak mungkin Salsa, Azid itu sombong gakkan pernah lirik kamu. Lagian kamu kan Cuma siswa berprestasi dalam bidang bahasa inggris, gakkan ketemu dia sampai kapanpun dalam pertandingan apapun! Tuh, liat Ana! Dia pasti deket banget sama Azid, dia kan anak Cheers.” Cerocos Anita tak berkoma. “Hhhhhh, ya udahlah aku cuma secret admirer-nya dia aja.”jawabku akhirnya pesimis.
***
Ternyata, sekolah aku menang atas SMPN 3, aku jadi punya ide untuk profil majalah bulan depan. “aku coba usulin dech!” ucapku dalam hati.“Kak Desta, boleh usul sesuatu gak buat bulan depan?”tanyaku pada Desta yang menjadi Pembina ekstrakulikuler jurnalistik. “boleh, usul apa?” jawabnya balik Tanya. “ng, gini kan kemarin sekolah kita menang ngelawan SMPN 3, terus pemain terbaik sekolah kita belum pernah jadi profil kan? Gimana kalau jadi profil majalah kita bulan depan?” usulku yang sebenarnya deg-degan juga, hehehe. “boleh juga, ide bagus. Atur-atur aja ya, Sa!”jawabnya menyuruh.
***
Akhirnya, Kak Desta mengkabulkan ideku waktu hari lalu. Aku senang, tapi sayangnya aku harus kehilangan job wawancara pemain terbaik itu. Uhhh..menyebalkan! malahan Anita, aku memang bukan pewawancara yang handal, tapi aku fotografer yang cukup dikatakan bisa untuk usia remaja. So, aku cuman motret dia aja. Akh…bĂȘte! “tapi setidaknya kamu ketemu dia kan Sa!” ucap Anita menghiburku. ***
            ***
            Seminggu setelah wawancara, karena usai wawancara Azid meminta nomor handphoneku. Aku dapat sms dari sang pujaan hati(hehehe). “halo! Salsa, aku boleh minta fotoku yang udah kamu fotret kemarin gak?” aku langsung balas dan berharap sms nya berlanjut dengan pertanyaan sedang apa Salsa.(hiihihi) “boleh, besok di sekolah aku bawa” send…delivered. Dugaanku salah setelah balasanku tak ada balasan lagi dari Azid. Menyebalkan !
            ***
Ujian Nasional di depan mata. Hanya 3 hari untuk mencapai kelulusan, itu butuh perjuangan ekstra. Setelah itu akhirnya aku dinyatakan lulus, resmi lulus. Alhamdu…lillah!
            Setelah kelulusan aku memilih sekolah kejuruan atau SMK. Aku mengambil jurusan pertanian. Aku sudah dua bulan ini menjalani hari sebagai siswi SMK. Aku dan Anita memilih sekolah yang berbeda, Anita lebih memilih SMA jurusan IPA, tapi kami sering bermain bersama. Suatu malam aku dikagetkan dengan sms yang tak terduga sebelumnya dan kurasa mustahil. “Hai, Salsa! Ini aku Azid masih ingat?bls.” dan sms itu membuatku trauma dengan sms 1 tahun yang lalu. Tiba-tiba dia sms lagi. “Salsa, lagi ngapain? Kok gak dibls?”. Aku tetap tidak akan membalasnya. 1 jam kemudian “Kutak mengerti cinta indahnya hanya diawal kurasa…” suara derings hpku berbunyi. “telepon dari Azid” gumamku heran. “Oh, God. Haruskah aku angkat?” ucapku kebingungan. Terpaksa akhirnya aku angkat juga. “Ha..ha..ha..halo,ha-lo! Sapaku ke sebrang telepon gugup. “Salsa, kenapa gak dibalas sms dari aku, besok ada acara gak?” Tanya AZid di seberang telepon. Apa? Gak salah denger ini kuping, Azid ngajak jalan? Haruskah mendadak seperti ini Tuhan, help me! “Salsa?halo!!”panggil Azid membuyarkan lamunanku. “ech, iya gak ada. Aku free kok besok. Pulang jam 3-an. Emang ada perlu apa ya? Pemotretan lagi?” jawabku ngasal. “hahahha! Lucu dech kamu! Ya gak lah. Aku ngajak kamu jalan-jalan. Udah lama kan kita gak ketemu.” Ucapnya sambil tertawa aneh. Apanya yang lucu? Aku bukan pelawak tahu! Menyebalkan! “oke besok jemput aku di sekolah aja ya! Bye!” ucapku akhirnya dan langsung menutup telepon tanpa member kesempatan Azid untuk menjawab. “oke, besok aku jemput.see uuu!” sms dari Azid.
Ya..sutralah!
***
Langit berwarna jingga hari ini, sepertinya malam ini akan cerah berbintang ditemani bulan dan ini ngedate aku untuk pertama kalinya dengan seorang cowok, cowok itu yang telah aku kagumi dari dulu.hihihhii. “sore ini cerah ya?” ucap Azid membuka pembicaraan. Aduh, sebenarnya deg-deg-an, sudah 1 tahun aku tak berbincang dengan Azid, lagian emang dari dulu sama sekali belum pernah berbincang-bicang dengan Azid. Hehehe. “eu,em, iya, ya! Indah banget, kayaknya boleh dong pulang agak larut malam, sepertinya bintang sama bulan udah nunggu kita, hehehehe!”jawabku gugup, sama sekali gugup.heuhh! arghhhh! “boleh, tapi kayaknya enaknya kemana ya?”Tanyanya tersenyum manis banget. “kemana aja boleh,hehehe! Terserah kamu aja!”jawabku masih tetap gugup. “ya udah aku bakalan ajak kamu ke tempat yang indah dan ini tempat buat kita aja!”ajaknya masih manis. “ayo!”…
***
Satu bulan ini aku sering diajak jalan sama Azid, dan di tempat yang Azid tunjukkan itu kita sering berbincang-bincang, foto-foto, tentunya aku yang memoto,hehehe! Ketika suatu hari dia ajak aku jalan lagi, dia mengucapkan sesuatu yang tak pernah aku duga sebelumnya. “ Sa, aku suka sama kamu. Ucap Azid ragu. “terus, aku harus gimana?” jawabku bodohnya. “ya, maksud aku, mau gak kamu jadi pacar aku?”. Aku hanya terdiam bingung, akhirnya aku meminta Azid mengantarkanku pulang, sepanjang jalan kita hanya diam. ***
Beberapa hari setelah itu Azid menelpon dan meminta maaf kepadaku, aku sendiri memaafkan dia dan menjawab pertanyaan kemarn yang ia lontarkan. “beneran,Sa?kamu mau jadi pacarku?”Tanya Azid kagetnya. “Iya, aku mau dengan segala komitmen yang aku buat dengan kamu.”jawabku gugup. Aku memutuskan pacaran dengan Azid karena why not? Kan dari dulu aku mengagumi dia. ***
Aku menceritakan semuanyan pada Anita. “waw, amazing! Selamat ya! Akhirnya keinginan kamu tercapai juga. Hehehehe.”ucapnya senang.
Aku menjalani hari dengan Azid sangat menyenangkan awalnya, tapi setelah 3 bulan kita berkomitmen, ternyata Azid lost contact setelah pertemuan kita minggu lalu. Aku sudah coba hubungi teman-teman sekelas ataupun satu ekskul dan satu sekolah. 1 bulan ini aku tak bertemu dan berhubungan lagi dengan yang namanya Azid Hakim. Aku sudah anggap semunya ini selesai dia memutuskan untuk tidak ada komitmen lagi denganku, aku anggap seperti itu.
***

Dua tahun kemudian, aku bertemu dengan orang yang sudah lama tak aku lihat. Azid? Sudahlah Salsa dia sudah bukan untukmu lagi, kini kamu sudah dengan Riki, tak usah kau harus bertatap muka lagi dengan orang yang mencampakkanmu begitu saja selama bertahun-tahun” ucapku pada diriku sendiri. “Salsa!’panggil Azid dari kejauhan. Aku memilih untuk berlari dna tak menoleh sedikit pun. “Salsa! Tunggu, aku ingin menjelaskan sesuatu” teriaknya juga berlari. Tanganku ditahanya erat, aku masih tak ingin mengingat wajah yang dulu begitu aku puja. “maafkan aku, Sa. Aku mohon maafkan aku, aku kembali untukmu karena ingin menjelaskan sesuatu, kamu harus tahu hal ini.” Jelasnya memohon. “apa yang ingin kamu jelaskan lagi? Sudah cukup meninggalkanku tanpa ada kabar, sudah cukup membuatku menunggu untuk beberapa tahun, sudah cukup untukku merasakan sakitnya ditinggalkan tanpa sebab, dan satu hal yang wajib kamu tahu kamu tak perlu kembali buat aku karena itu sia-sia aku sudah mati rasa terhadapmu, hiduplah dengan kehidupanmu tak perlu kau kembali menatapku, menemani hariku, dan menyayangiku seperti dulu, tak perlu kembali!”ucapku sedikit membentak dengan tersenggak-senggak isakan tangis. “tapi, aku… “ tidak ada kesempatan, jangan pernah kembali untukku, terimakasih atas hari-hari yang pernah kita miliki, membuatku bahagian sejenak, terimakasih.”potongku melepaskan tanganya dan berlalu dengan air mata yang tak dapat kubendung lagi. Azid berdiri terdiam, terkejut melihat, dan mendengar ucapanku. Aku terlalu sakit untuk melihatmu lagi Azid!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar