Jumat, 04 November 2016

Resensi Novel Mengejar Fajar "Hanum Safnas"

RESENSI NOVEL

I.   IDENTITAS BUKU
Judul Buku               : Mengejar Fajar
Pengarang               : Dra. Hanum Safnas
Penerbit                  : Analisa
Tahun Cetak             : Cetakan Ketiga, 2013
Seri Buku                 : Budi Pekerti
ISBN                       : 978-602-1647-04-2

II.  RESENSI
Hanum Safnas dalam novelnya ini menghadirkan kisah mengenai budi pekerja seorang anak terhadap keluarganya apalagi kepada ibunya serta sikap yang harus dilakukan ketika orang tua sedang mengalami masalah dalam hal sebuah ekonomi keluarga.
Hanum menceritakan novel ini secara apik dan mudah dipahami oleh pembaca terutama pembaca dari kalangan pelajar remaja. Dalam buku ini terdapat beberapa gambar menarik untuk pembaca agar lebih masuk ke dalam cerita saat-saat masa Krisis Moneter di Indonesia.
Mengejar Fajar ini menceritakan seorang gadis bernama Ina yang tinggal bersama 4 adiknya. Sejak Ayahnya terkena PHK gara-gara demo buruh, hal itu mempengaruhi ekonomi keluarganya. Pesangon yang diberikan oleh perusahaan hanya bisa dinikmati beberapa bulan saja. Emak, ibu dari Ina dan keempat adiknya, Adi, Tito, Ita dan Lili, bersikap kasar kepada Ina.
Ina yang mengerjakan semua pekerjaan rumah termasuk mengurus adiknya hingga memasak. Namun, Ina tak pernah mengeluh karena akan membuat Emak marah-marah bukan kepalang.
Konflik dalam cerita ini semakin rumit , saat Emak sudah tidak tahan dengan Bapak yang hanya pulang membawa tangan kosong, akhirnya Emak membawa beserta Lili untuk mencari pekerjaan. Bapak juga sama mencari pekerjaan diluar sana. Adi dan Tito merasa sedih karena mendengar pertengkaran antara Emak dan Bapak apalagi Emak hendak menggugat cerai Bapak. Mereka berdua bercerita kepada Ina apa yang mereka dengar. Ina menghibur adik-adiknya agar tidak merasa sedih. Kemudian, memberikan ide kepada mereka untuk bekerja paruh waktu di rumah salah satu tetangganya Bu Nunung. Dengan begitu mereka dapat menabung untuk membayar SPP sekolah dan mempunyai uang jajan. Ina pun sama akan mencari pekerjaan yang paruh waktu setelah pulang sekolah.
Novel ini termasuk kategori buku cerita remaja atau siswa sekolah karena bahasa yang dituangkan terkesan ringan dan mudah untuk dinikmati. Setiap kejadian yang dialami tokoh pun membuat tegang pembaca karena pilihan kata yang bagus.
Hal yang menarik dari novel ini saat Dewi sahabat Ina yang sudah lama tidak pernah bertemu muncul. Karena Dewi yang membuat Ina mempunyai pekerjaan dan Dewi pula yang menjerumuskan Ina ke dalam gadis-gadis yang gaul pada zamannya. Ina menjadi pelayan toko separuh waktu di Bekasi. Cukup jauh jaraknya dengan rumah yang ia tempati. Tetapi, lumayan bayarannya.
Beberapa bulan Ina bekerja di sana, Emak lagi-lagi bertengkar dengan Bapak dan menuduh Ina bekerja sebagai perempuan malam. Karena Ina selalu pulang larut malam dan mulai menjauh dari teman-teman sekolahnya. Di sisi lain Ina menjadi gadis yang modern, dia sudah bisa mengenakan pakain-pakaian masa kini, dan make up yang modern. Ina tidak terima tuduhan dari Emak, akhirnya Ina memilih untuk pergi. Adi dan Tito dilarang menemui Ina oleh Emak.
Setelah beberapa lama Ina tinggal bersama Dewi, Adi dan Tito menelpon Ina secara diam-diam dan meminta bertemu sepulang sekolah. Adi dan Tito bercerita bahwa mereka sudah tidak lagi bekerja di tetangganya karena Bu Nunung sudah pindah rumah. Kemudian, ada hal yang lebih mengejutkan lagi, bahwa Lili sakit parah, demam yang tak kunjung turun. Ina ingin sekali pulang melihat Lili tapi tidak memungkinkan.
Saat pulang ke rumah Dewi, Dewi meninggalkan sebuah pesan bahwa Ina harus segera pergi dari rumahnya, dia tidak ingin Ina terjerat serta terlibat dengan masalah yang dihadapinya. Ina dihadapi kebingungan apa maksud Dewi. Beberapa hari kemudian, Adi dan Tito menelepon Ina kembali dan mengabarkan bahwa Lili sudah meninggalkan kita semua.
Ina bergegas pulang, sesampainya di rumah suasana rumah menjadi berbeda. Emak tidak lagi sekeras dulu kepadanya. Bapak pun sudah sering pulang. Adi, Tito dan Tita mulai mendapatkan perhatian. Suatu malam kami semua makan bersama , Ina mulai membuka suara dan meminta maaf kepada Emak dan Bapak. Emak dan Bapak pun menyadari kesalahan mereka. Kami berpelukan dan menjadi keluarga seperti dulu. Bapak memutuskan untuk pindah ke Cirebon karena di sana Bapak bisa bertani, Ina sekeluarga pun harus ikut pindah. Ina meminta izin kepada Rudi atasannya di Kafe untuk mengundurkan diri karena akan pindah. Saat turun dari kereta, Ina melihat di televise wanita yang sangat dikenalnya sedang dibekuk oleh polisi bersama teman lelakinya yang pernah ia temui di Klub . Dewi, dia terjerat kasus narkoba!
Ina selalu bersyukur ia masih diberikan keselamatan atas apa yang telah terjadi. 

III.   Kelebihan Buku

Kelebihan dari novel ini adalah ada gambar pada setiap bab cerita. Cocok untuk kalangan remaja Menengah pertama. Alasanya karena menyuguhkan cerita yang dapat diambil hikmahnya pada kehidupan sehari-hari, serta penggunaan kata dan kalimat yang mudah dipahami. 

RESENSI NOVEL THE PRINCE AND THE PAUPER "MARK TWAIN"

RESENSI NOVEL
I.     Identitas Buku
a.       Judul Buku                  : The Prince and The Pauper
b.      Pengarang                   : Mark Twain
c.       Penerbit                       : James R. Osgood & Co., United States
d.      Tahun terbit                : 1882
e.       Penerjemah                 : Tria Barnawi
f.        Penerbit                       : Orange Books
g.       Tahun Cetak                : Cetakan I tahun 2010
h.      Jumlah Halaman         : 434 halaman
i.         Tebal Buku                  : 20,5 cm
j.         ISBN                             : 978602885111-4

II.  Ringkasan Buku
The Prince and The Pauper
Mark Twain adalah penulis best seller novel “The Adventures of Huckberry Finn”. Dalam novel kali ini Mark Twain mengisahkan kehidupan di kota tua London antara seorang Pangeran London dan anak miskin dari Offal Court. Dalam novelnya kali ini Mark Twain menghadirkan kisah yang menegangkan tentang kehidupan dalam kerajaan dan kehidupan di jalanan.
The Prince and The Pauper ini menceritakan tentang keluarga miskin di sudut kota London pada abad ke 16 yaitu Keluarga Canty yang melahirkan seorang putra yang diberi nama Tom Canty. Bersamaan dengan itu pula rakyat London sedang berbahagia dengan kelahiran pangeran baru mereka. Pangeran Wales, Edward Tador.
Tom Canty tumbuh menjadi anak yang mengemis karena suruhan John Canty ayahnya dan Neneknya. Namun, dia selalu bergaul dengan pendeta yang selalu bercerita tentang kerajaan. Tom Canty tumbuh menjadi anak yang penuh imajinasi seolah-olah ia adalah Pangeran.
Permasalahan terjadi saat Tom Canty bertemu dengan Pangeran Wales Edward Tador di depan istana. Ia begitu mendambakan seorang Pangeran. Mark Twain menggunakan istilah-istilah kerajaan, mulai dari pelayan-pelayan yang ribuan di istana. Sulit dimengerti jika kita tidak memahami situasi kerajaan di Inggris.
Konflik makin menegang saat Pangeran Wales mendengarkan semua ocehan Tom canty dan ingin menjadi sepertinya. Mereka bertukar pakaian dan sangat terkejut mereka begitu mirip. Saat Penjaga datang Pangeran diusir habis-habisan. Pangeran terus memerintah tapi Penjaga tidak mempercayainya. Tom Canty hanya berdiam.
Masalah muncul lebih tegang saat Pangeran Wales yang ternyata Tom Canty itu disebut gila karena tak ingat apapun mengenai kerajaan. Sedangkan Pangeran yang asli harus berjalan menuju Offal Court. Di sana dia disiksa seperti anak John Canty.
Petualangan dimulai saat Pangeran Wales pergi melarikan diri dari John Canty dan bertemu dengan Hendon seorang pemuda yang dikabarkan hilang dari keluarganya. Hendon adalah satu-satunya orang yang memperlakukan Pangeran seperti Pangeran. Ia merawat Pangeran sebagaimana mestinya.
Hal menarik lainnya adalah ketika perjuangan Pangeran Wales asli yang terus menerus mengakui dirinya Pangeran. Walalupun semua orang menyebutnya gila. Sedangkan Tom Canty masih bingung dan takut tapi lama kelamaan ia merasa nyaman. Novel ini banyak memberi kesan petualangan dan penuh ketegangan. Setiap halaman yang dibaca menimbulkan rasa penasaran dan membuat jantung berdegup kencang, dalam pikiran penuh pertanyaan. Halaman berikutnya apa yang akan terjadi dengan Pangeran dan Tom Canty.
Kekuatan novel ini terletak pada karakteristik setiap tokoh yang memerankan, apalagi tokoh Pangeran Wales serta Tom Canty yang terus menyesuaikan diri juga bijaksana dalam mengambil keputusan. Penggunaan bahasanya yang penuh dengan teka-teki dan istilah-istilah kerajaan yang harus dicari agar mudah paham. Sebagai novel terjemahan , hasil penerjemahan novel ke dalam bahasa Indonesia patut diacungi jempol karena mampu mempertahankan kekuatan pemilihan kata dalam bahasa Indonesia yang biasa bertele-tele dalam bahasa Inggris.
Akhir cerita bias kalian baca yah sendiri novelnya ! selamat membaca ^_^  


Rabu, 19 Oktober 2016

Cerpen Karyaku

Tak Perlu Kembali
Langit pagi ini tersenyum menghiasi dunia. Aku membuka jendela, kunikmati semesta yang sedang bernyanyi merdu di telinga, ku pejamkan mata merasakan kenikmatan Tuhan yang tiada bandingnya. “Salsa!!”panggil Ibu memecah lamunanku. “Iya…sebentar lagi!”teriakku. itulah kebiasaanku di pagi hari selalu menikmati alam ciptaan-Nya^_^.
***
Sa…kamu tahu gak? Azid hari ini tanding basket lho!” cerita Anita teman karibku di sekolah. Aku masih duduk di bangku kelas 3 SMP. “Oh, ya? aku mau liat dong! Ikh..dia bikin greget aja ya?” balasku kagum. “Ikh..kamu norak banget dech! Azid kan sering tanding, lagian dia biasa aja dech. Gak ada spesialnya.” Jawab Anita tak suka. “kok, kamu gitu sich Nit, kamu kan tau aku dari semenjak masuk SMP kagum banget sama dia, mimpi aku itu kan disapa sama Azid suatu saat nanti”. Ucapku dengan nada kecewa. “Iya, iya, maaf. Tapi itu gak mungkin Salsa, Azid itu sombong gakkan pernah lirik kamu. Lagian kamu kan Cuma siswa berprestasi dalam bidang bahasa inggris, gakkan ketemu dia sampai kapanpun dalam pertandingan apapun! Tuh, liat Ana! Dia pasti deket banget sama Azid, dia kan anak Cheers.” Cerocos Anita tak berkoma. “Hhhhhh, ya udahlah aku cuma secret admirer-nya dia aja.”jawabku akhirnya pesimis.
***
Ternyata, sekolah aku menang atas SMPN 3, aku jadi punya ide untuk profil majalah bulan depan. “aku coba usulin dech!” ucapku dalam hati.“Kak Desta, boleh usul sesuatu gak buat bulan depan?”tanyaku pada Desta yang menjadi Pembina ekstrakulikuler jurnalistik. “boleh, usul apa?” jawabnya balik Tanya. “ng, gini kan kemarin sekolah kita menang ngelawan SMPN 3, terus pemain terbaik sekolah kita belum pernah jadi profil kan? Gimana kalau jadi profil majalah kita bulan depan?” usulku yang sebenarnya deg-degan juga, hehehe. “boleh juga, ide bagus. Atur-atur aja ya, Sa!”jawabnya menyuruh.
***
Akhirnya, Kak Desta mengkabulkan ideku waktu hari lalu. Aku senang, tapi sayangnya aku harus kehilangan job wawancara pemain terbaik itu. Uhhh..menyebalkan! malahan Anita, aku memang bukan pewawancara yang handal, tapi aku fotografer yang cukup dikatakan bisa untuk usia remaja. So, aku cuman motret dia aja. Akh…bête! “tapi setidaknya kamu ketemu dia kan Sa!” ucap Anita menghiburku. ***
            ***
            Seminggu setelah wawancara, karena usai wawancara Azid meminta nomor handphoneku. Aku dapat sms dari sang pujaan hati(hehehe). “halo! Salsa, aku boleh minta fotoku yang udah kamu fotret kemarin gak?” aku langsung balas dan berharap sms nya berlanjut dengan pertanyaan sedang apa Salsa.(hiihihi) “boleh, besok di sekolah aku bawa” send…delivered. Dugaanku salah setelah balasanku tak ada balasan lagi dari Azid. Menyebalkan !
            ***
Ujian Nasional di depan mata. Hanya 3 hari untuk mencapai kelulusan, itu butuh perjuangan ekstra. Setelah itu akhirnya aku dinyatakan lulus, resmi lulus. Alhamdu…lillah!
            Setelah kelulusan aku memilih sekolah kejuruan atau SMK. Aku mengambil jurusan pertanian. Aku sudah dua bulan ini menjalani hari sebagai siswi SMK. Aku dan Anita memilih sekolah yang berbeda, Anita lebih memilih SMA jurusan IPA, tapi kami sering bermain bersama. Suatu malam aku dikagetkan dengan sms yang tak terduga sebelumnya dan kurasa mustahil. “Hai, Salsa! Ini aku Azid masih ingat?bls.” dan sms itu membuatku trauma dengan sms 1 tahun yang lalu. Tiba-tiba dia sms lagi. “Salsa, lagi ngapain? Kok gak dibls?”. Aku tetap tidak akan membalasnya. 1 jam kemudian “Kutak mengerti cinta indahnya hanya diawal kurasa…” suara derings hpku berbunyi. “telepon dari Azid” gumamku heran. “Oh, God. Haruskah aku angkat?” ucapku kebingungan. Terpaksa akhirnya aku angkat juga. “Ha..ha..ha..halo,ha-lo! Sapaku ke sebrang telepon gugup. “Salsa, kenapa gak dibalas sms dari aku, besok ada acara gak?” Tanya AZid di seberang telepon. Apa? Gak salah denger ini kuping, Azid ngajak jalan? Haruskah mendadak seperti ini Tuhan, help me! “Salsa?halo!!”panggil Azid membuyarkan lamunanku. “ech, iya gak ada. Aku free kok besok. Pulang jam 3-an. Emang ada perlu apa ya? Pemotretan lagi?” jawabku ngasal. “hahahha! Lucu dech kamu! Ya gak lah. Aku ngajak kamu jalan-jalan. Udah lama kan kita gak ketemu.” Ucapnya sambil tertawa aneh. Apanya yang lucu? Aku bukan pelawak tahu! Menyebalkan! “oke besok jemput aku di sekolah aja ya! Bye!” ucapku akhirnya dan langsung menutup telepon tanpa member kesempatan Azid untuk menjawab. “oke, besok aku jemput.see uuu!” sms dari Azid.
Ya..sutralah!
***
Langit berwarna jingga hari ini, sepertinya malam ini akan cerah berbintang ditemani bulan dan ini ngedate aku untuk pertama kalinya dengan seorang cowok, cowok itu yang telah aku kagumi dari dulu.hihihhii. “sore ini cerah ya?” ucap Azid membuka pembicaraan. Aduh, sebenarnya deg-deg-an, sudah 1 tahun aku tak berbincang dengan Azid, lagian emang dari dulu sama sekali belum pernah berbincang-bicang dengan Azid. Hehehe. “eu,em, iya, ya! Indah banget, kayaknya boleh dong pulang agak larut malam, sepertinya bintang sama bulan udah nunggu kita, hehehehe!”jawabku gugup, sama sekali gugup.heuhh! arghhhh! “boleh, tapi kayaknya enaknya kemana ya?”Tanyanya tersenyum manis banget. “kemana aja boleh,hehehe! Terserah kamu aja!”jawabku masih tetap gugup. “ya udah aku bakalan ajak kamu ke tempat yang indah dan ini tempat buat kita aja!”ajaknya masih manis. “ayo!”…
***
Satu bulan ini aku sering diajak jalan sama Azid, dan di tempat yang Azid tunjukkan itu kita sering berbincang-bincang, foto-foto, tentunya aku yang memoto,hehehe! Ketika suatu hari dia ajak aku jalan lagi, dia mengucapkan sesuatu yang tak pernah aku duga sebelumnya. “ Sa, aku suka sama kamu. Ucap Azid ragu. “terus, aku harus gimana?” jawabku bodohnya. “ya, maksud aku, mau gak kamu jadi pacar aku?”. Aku hanya terdiam bingung, akhirnya aku meminta Azid mengantarkanku pulang, sepanjang jalan kita hanya diam. ***
Beberapa hari setelah itu Azid menelpon dan meminta maaf kepadaku, aku sendiri memaafkan dia dan menjawab pertanyaan kemarn yang ia lontarkan. “beneran,Sa?kamu mau jadi pacarku?”Tanya Azid kagetnya. “Iya, aku mau dengan segala komitmen yang aku buat dengan kamu.”jawabku gugup. Aku memutuskan pacaran dengan Azid karena why not? Kan dari dulu aku mengagumi dia. ***
Aku menceritakan semuanyan pada Anita. “waw, amazing! Selamat ya! Akhirnya keinginan kamu tercapai juga. Hehehehe.”ucapnya senang.
Aku menjalani hari dengan Azid sangat menyenangkan awalnya, tapi setelah 3 bulan kita berkomitmen, ternyata Azid lost contact setelah pertemuan kita minggu lalu. Aku sudah coba hubungi teman-teman sekelas ataupun satu ekskul dan satu sekolah. 1 bulan ini aku tak bertemu dan berhubungan lagi dengan yang namanya Azid Hakim. Aku sudah anggap semunya ini selesai dia memutuskan untuk tidak ada komitmen lagi denganku, aku anggap seperti itu.
***

Dua tahun kemudian, aku bertemu dengan orang yang sudah lama tak aku lihat. Azid? Sudahlah Salsa dia sudah bukan untukmu lagi, kini kamu sudah dengan Riki, tak usah kau harus bertatap muka lagi dengan orang yang mencampakkanmu begitu saja selama bertahun-tahun” ucapku pada diriku sendiri. “Salsa!’panggil Azid dari kejauhan. Aku memilih untuk berlari dna tak menoleh sedikit pun. “Salsa! Tunggu, aku ingin menjelaskan sesuatu” teriaknya juga berlari. Tanganku ditahanya erat, aku masih tak ingin mengingat wajah yang dulu begitu aku puja. “maafkan aku, Sa. Aku mohon maafkan aku, aku kembali untukmu karena ingin menjelaskan sesuatu, kamu harus tahu hal ini.” Jelasnya memohon. “apa yang ingin kamu jelaskan lagi? Sudah cukup meninggalkanku tanpa ada kabar, sudah cukup membuatku menunggu untuk beberapa tahun, sudah cukup untukku merasakan sakitnya ditinggalkan tanpa sebab, dan satu hal yang wajib kamu tahu kamu tak perlu kembali buat aku karena itu sia-sia aku sudah mati rasa terhadapmu, hiduplah dengan kehidupanmu tak perlu kau kembali menatapku, menemani hariku, dan menyayangiku seperti dulu, tak perlu kembali!”ucapku sedikit membentak dengan tersenggak-senggak isakan tangis. “tapi, aku… “ tidak ada kesempatan, jangan pernah kembali untukku, terimakasih atas hari-hari yang pernah kita miliki, membuatku bahagian sejenak, terimakasih.”potongku melepaskan tanganya dan berlalu dengan air mata yang tak dapat kubendung lagi. Azid berdiri terdiam, terkejut melihat, dan mendengar ucapanku. Aku terlalu sakit untuk melihatmu lagi Azid!

Minggu, 16 Oktober 2016

Resensi Novel La Hami Marah Rusli

RESENSI NOVEL

I.     IDENTITAS NOVEL
Judul buku              : La Hami
Penulis                    : Marah Rusli
Penerbit                  : Balai Pustaka
Tahun Terbit           :
Cetakan pertama   -1953
Cetakan kedua      -1965
Cetakan ketiga      -1978
Cetakan keempat -1986
Cetakan kelima     -1990
Cetakan keenam   -1993
Tempat Terbit                     : Jakarta
Tebal Buku             : 170 Halaman
No ISBN                : 979-407-286-9

II.  SINOPSIS NOVEL
La Hami
        Telah dua bulan lamanya, Ompu Keli dan istrinya menunggu dengan cemas keberadaan anak angkatnya La Hami yang telah disuruh pergi olehnya bertandang ke Gunung Donggo. Perjalanannya mengendarai kuda Sumba dengan senjata parang, tombak, panah,  jerat, dan tanpa membawa bekal makanan. Perjalanannya dari sini ke Kempo melalui Sanggar, dompo, padende, lalu ke Gunung Soromandi. Di Sanggar, La Hami di sambut senang oleh Ompu Ito bahkan La Hami diberi bekal makanan olehnya. Selain perjalanannya ke Gunung Donggo, La Hami juga melakukan perjalanan ke Bima. Ketika perjalanan ke Bima La Hami mengalami beberapa halangan, La Hami turun dari Gunung Soromandi ke Bima tanpa menunggang Sumba. Ketika menyeberang menuju Bima, ikutlah nelayan yang bernama Kifa dan dia menginap di rumahnya. Di tempat tinggal Kifa kebetulan sedang ada perayaan Maulid Nabi dan upacara perayaan Sirih Puan yang diramaikan dengan permainan Kuraci (berpukul-pukulan badan dengan rotan) dan permainan bersepak kaki. Melihat permainan bersepak kaki La Hami tampaknya pingin mencoba, setelah diladeni jago Wera ternyata roboh oleh La Hami. Datang orang tinggi besar menahannya untuk berlawanan, dengan terpaksa karena La Hami dilecehkan, akhirnya dia menuruti tantangan jago dari Sape tersebut dan akhirnya Sape tersebut kalah. La Hami dipanggil Sultan Bima yakni Sultan Kamarudin. Di depan pramesuri Sultan, putri-putrinya, dan para punggawa untuk diberi pekerjaan. Namun, La Hami mohon untuk pulang kampung Sanggar pamit pada kedua orang tuanya.
            Malam hari Ompu Keli bercerita kepada La Hami tentang asal-usulnya. Diceritakan pada 24 tahun yang lalu, yang menjadi Datuk Rangga di negeri Sumbawa adalah Raja Ajong atau Ompu Keli dan didampingi sang istri Putri Nakia. Saat itu Raja Sumbawa adalah Sultan Badrunsyah. Kepergiannya karena keadaan pemerintahan saat itu tidak stabil. Terjadilah fitnah dari Daeng Matita yang haus jabatan. Ia bekerja sama dengan Ponto Wanike, seorang pimpinan bajak dari pulau Ragi. Pada suatu hari, Ompu Keli pergi memancing ke pantai, di situlah, Dewa mendengar tangisan bayi. Setelah didekati ternyata seorang bayi laki-laki yang berumur sekitar satu bulan. Diletakan di atas sampan beralaskan tikar jontal yang  baik anyamannya, berkalung dokoh yang terbuat dari mas, berselimutkan sutera bertekad emas dan semuanya berciri dari Bima. Lalu dibawanya pulang dan di beri nama La Hami, Ina Rinda atau Putri Nakia merasakan senang  karena selama ini tak berketurunan.
            Terdengar kabar oleh Daeng Matita bahwa Raja Ajong yang menyingkirkan diri dari Sumbawa kini ada di pantai Sanggar dengan mengganti nama Ompu Keli dan akhirnya timbul kembali dendam lamanya yang sudah 24 tahun. Daeng Matita  akan segera menyerang Sanggar. Di bagilah tugas mereka dengan Ponto Wanike menyerang  pantai Sanggar dan Daeng Matita menyerang dari arah darat yakni di Lembah Jambu. Perang belum dimulai namun rencana serangan pasukan sumba telah tercium oleh pasukan Sanggar sehingga Sanggar telah bersiap-siap. Di kedua belah pihak terdapat pasukan yang mati dan luka-luka, namun jumlah yang celaka lebih banyak di pihak Sumba. Dengan gagah berani, Ponto Wanike bisa dibunuh oleh La Hami. Kemudian pasukan Sanggar menuju lembah Jambu untuk membabantu Raja Ajong dan Lalu Jala, di tengah perjalanan pasukan yang dipimpin Daeng Matita dihadang oleh pasukan Sanggar dan peperangan terjadi dengan dahsyatnya. Pasukan Sumba terlihat kewalahan karena harapan bantuan dari pasukan lain tidak kunjung datang sementara pasukan Sanggar mendapat bantuan dari Dompo dan Kempo. Semakin paniklah Daeng Matita. Datanglah pasukan La Hami tambahlah kacau pasukan Sumba. Sebagian besar pasukan Sumba terbunuh, Daeng Matita melarikan diri setelah menebas rusuk Raja Ajong. Namun setelah dikejar oleh pasukan Sanggar yang terpencar akhirnya Daeng Matita bisa dilumpuhkan, sedangkan pasukan yang tersisa diampuni dan kembali ke Sumba.
            Sultan Komarudin yang sedang asik bercengkerama dengan permaisuri Cahya Amin dan putrinya Putri Sari Langkas, teringatlah bahwa suatu saat tak ada lagi yang bisa menggantikan baginda karena tak punya anak putra. Anak sulungnya telah diculiknya 24 tahun yang lalu, sedangkan Putri Sari Langkas adalah putri kedua. Akhirnya teringatlah sang permaisuri kepada pemuda yang bernama La Hami karena umur dan perawakannya mirip dengan putra sulungnya bahkan mirip dengan Sultan Komarudin. Khayalannya dengan La Hami akhirnya membuat penasaran yang semakin mendalam. Namun, permaisuri tidaklah yakin karena pemuda itu bernama La Hami yang telah membinasakan Daeng Matita dan Ponto Wanike dari Sumbawa. Cahya Amin lalu membayangkan dan mencari-cari sebab Ompu Keli ternyata Raja Ajong  atau Datu Ranga Sumbawa dulu yang menyingkir ke pantai Sanggar 24 tahun lalu. Namun, permaisuri ragu karena Raja Ajong seingat permaisuri tidak punya anak. Akhirnya permaisuri mengutus pengawal untuk mencari tahu tentang La Hami ke Sanggar. Beberapa hari kemudian, utusan itu pulang memberi kabar bahwa yang sebenarnya La Hami adalah anak Ompu keli, Raja Ajong Sanggar yang dulu adalah Datu Ranga Sumbawa. La Hami adalah anak angkat yang ditemukan di pantai Sanggar ketika masih berumur sekitar satu bulan dengan tanda-tanda ada sehelai tilam daun jontal, sehelai selimut buatan Bima, dan dokoh mas yang amat permainya. Mendengar kabar Cahya Amin sangat gembira karena pastilah La Hami itu putranya dan dengan segera beberapa hari kemudian menyuruh utusan untuk menjemput La Hami.
            Kabar yang menyenangkan seisi istana Sanggar ini membuat Raja Sanggar, Sultan Amarullah, Raja Ajong, Lalu Jala, La Hami, dan Putri Nakia datang menghadap Sultan Abdul Azis untuk mengabarkan perihal yang sebenarnya. Sebelum datang rombongan dari Sanggar, terdengarlah kabar kalau Sultan Bima Sultan Kamaruddin akan datang ke Dompo untuk menjemput putranya La Hami. Perjalanan dari Dompo ke Sanggar, Sultan Kamaruddin diiring oleh Raja Ajong, Permaisuri Cahya Amin dan Putri Sari Langkas diiring oleh Putri Nakia, dan La Hami dengan Lalu Jala. Dalam perjalanan menuju Sanggar terlihatlah pula kalau Lalu Jala menyukai adik La Hami yakni Putri Sari Langkas. Pada suatu hari, Sultan Bima menyampaikan maksudnya melamar Putri Nila Kanti untuk La Hami dan Raja Sanggar Sultan Amarullah melamar Putri Sari Langkas kepada Sultan Bima Sultan Kamaruddin untuk Lalu Jala. Pada hari yang telah ditentukan, dilangsungkanlah perkawinan keempat sejolo ini dengan meriah. Beberapa bulan kemudian, La Hami dinobatkan menjadi Sultan Bima dengan gelar Sultan Abdul Hamid dan Lalu Jala dinobatkan menjadi Sultan Sanggar dengan gelar Sultan Abdul Jalal.

III.   UNSUR INTRINSIK
1.      Tema              : Pencarian jati diri karena La Hami ingin mencari pintu derajatnya.
2.      Tokoh             : La Hami, Empu Keli/Raja Anjong, Ina Rinda/Putri Nakiya, Maliki, Ponto Wanike, Raja Bicara, Permansyuri Cahaya Amin, Putri Nila Kanti.
3.      Alur                : Alur digunakan adalah alur campuran (maju dan mundur)
4.      Latar               :
a.       Tempat     : Sumbawa, Sanggar, Dompo, Pulau Komodo
b.      Suasana    : suasana dalam cerita mengejutkan dan tertarik membacanya.
5.      Amanat          : jangan putus asa ketika mendapat kesulitan karena di sana pasti mendapatkan jalan kemudahan.
6.      Sudut Pandang          : La Hami menceritakan sendiri selama petualangannya dengan menggunakan kata Hamba. Orang pertama pelaku utama.
7.      Gaya Bahasa  : gaya bahasa yang digunakan penulis adalah bahasa melayu dan menggunakan bahasa kerajaan. Bahasa melayu digunakan karena novel tersebut ada pad angkatan 1920-an.




IV.   KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.      Kelebihan       : kelebihan novel yang berjudul “La Hami” karya Marah Rusli ini adalah alur ceritanya yang tidak mudah ditebak. Setiap bagiannya sangat mengejutkan pembaca sehingga pembaca penasaran dan lebih tertarik.
2.      Kelemahan     : sedangkan kelemahan dalam novel ini adalah dalam segi gaya bahasa yang digunakan karena sedikit menyulitkan pembaca dalam memahami makna ceritanya.

V.      PERBANDINGAN BUKU
Novel La Hami karya Marah Rusli ini akan dibandingkan dengan novel dari Motinggo Busye yang berjudul Badai Sampai Sore. Perbandingan ini akan dilakukan dari sudut kelebihan dan kelemahan dari kedua novel.

Kelebihan dan kelemahan novel La Hami sudah disebutkan di atas, sedangkan novel Badai Sampai Sore karya Motinggo Busye kelemahan dan kelebihannya sebagai berikut.
a.       Kelebihan       : dalam novel banyak terkandung nilai-nilai persahabatan antara Salmun dan Sunarto. Kemudian gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia bukan bahasa melayu. Ceritanya pun masih mengenai kisah kerajaan sedangkan novel Motinggo Busye ini cerita yang dikisahkan sudah mengenai cerita keseharian.

b.      Kelemahan     : kelemahan dalam novel ini adalah pada alur cerita yang digunakan. Alur cerita yang digunakan adalah alur maju sehingga pembaca mudah menebak jalan cerita.